Bayangkan Anda sedang berada dalam suatu lomba. Anda merasa excited dan bersemangat.
Kondisi sepeda dan ban? Cek.
Kondisi fisik? Aman.
Botol minum? Sudah siap.
Segala hal sudah dicek dengan seksama, tidak ada yang terlewat. Anda percaya diri bisa berlomba dengan baik.
Namun apa yang terjadi jika ternyata kompetitor Anda berlomba tidak mengendarai sepeda gowes, melainkan sepeda motor?
Kacau kan. Lombanya tidak adil.
Tidak peduli seberapa baik kondisi, performansi, dan strategi Anda, rasanya hampir mustahil untuk menang.
Semakin lama lomba berlangsung, bisa dipastikan jarak Anda dengan kompetitor semakin jauh. Jangankan menyusul, mengejar saja rasanya sudah engap.
Guess what?
Hal serupa terjadi pada bisnis yang hanya mengandalkan cara tradisional untuk berkompetisi di zaman modern.
Teknologi di era digital bukanlah pilihan
Kita hidup di era digital, di mana:
- orang dapat menjalin hubungan erat diawali dari kopi darat
- bisnis tanpa kantor bisa mendapatkan project bernilai tinggi dari luar negeri
- review Google dan Tokopedia lebih dipercaya dibandingkan rekomendasi dari keluarga dekat
- value bisnis dinilai berdasarkan reputasinya di dunia online
- abang tukang baso komplek bisa viral di TikTok
Setiap harinya semakin banyak strategi dan teknologi canggih yang bermunculan. Sebut saja beberapa: website, software, apps, sosial media, AI, blockchain.
Kemajuan teknologi ini dapat memberikan berbagai keuntungan bagi bisnis, misalnya:
- meningkatkan jangkauan bisnis
- merebut perhatian audiens
- membangun kredibilitas dan daya tarik bisnis
- memudahkan prospek potensial untuk memperoleh informasi dan melakukan pemesanan
Bisnis yang berhasil memanfaatkan teknologi dengan baik akan mendapat posisi yang unggul. Sedangkan bisnis yang tidak mau mengadopsi teknologi akan semakin tertinggal dalam kompetisi.
Baca juga: Cara Memanfaatkan Website untuk Meningkatkan Profit.
Apakah cara tradisional masih efektif?
Meskipun sadar dengan perkembangan teknologi dan manfaatnya, masih banyak bisnis yang bersikeras dengan cara tradisional, seperti: marketing mulut ke mulut, menyebarkan flyer, cold calling, door to door, dsb.
Jika Anda merasa cara tradisional masih efektif, maka tentu untuk saat ini tetap boleh menggunakan cara tersebut. Namun jangan lengah dan pikirkan masa depan.
Generasi baby boomers (kelahiran 1946-1964) semakin aktif menggunakan teknologi. Saya sering kaget ketika orang tua saya lebih update terkait berita viral dan kuliner.
Kelihatannya tren ini tidak akan melambat, melainkan akan semakin deras dan cepat.
Trends, like horses, are easier to ride in the direction they are going.
John Naisbitt
Apa yang dapat kita lakukan?
Kita perlu mengadopsi teknologi, berpikir secara kreatif untuk memanfaatkannya dalam membantu bisnis kita.
Bangun brand yang positif di internet, rebut perhatian audiens.
Pahami habit para pembeli potensial, selanjutnya kita dapat membaur untuk memberikan mereka kemudahan.
Jangan lengah dan cepat puas dengan kondisi yang ada. Bisnis yang sustainable akan perlu banyak inovasi dan perubahan.
Sudahkah Anda memanfaatkan teknologi yang ada untuk memajukan bisnis Anda?