Di zaman sekarang sangat mudah mendapatkan informasi.
Informasi tersedia dalam jumlah banyak dan sebagian besar gratis.
Dengan begitu banyak akses ke informasi, seharusnya mudah bagi kita dalam mengambil keputusan dan memanfaatkan peluang.
Kenyataannya tidak begitu.
Banyaknya informasi dan pilihan seringkali malah membuat kita merasa bingung dan memilih untuk tidak melakukan apapun.
Alias diam.
Karena takut salah mengambil keputusan. Karena takut gagal dan malah merugikan.
Berdiam diri mungkin lebih terasa nyaman dan aman.
Namun tahukah Anda bahwa tidak melakukan apa pun juga dapat menimbulkan biaya yang dikenal dengan istilah cost of inaction?
Apa itu cost of inaction?
Secara sederhana, cost of inaction dapat diartikan sebagai biaya atau kerugian yang timbul akibat tidak melakukan suatu tindakan.
Misalnya, kita berencana untuk memasang iklan di Google.
Iklan tersebut dapat berpotensi membawa banyak customer baru.
Namun karena suatu hal kita tidak jadi (atau belum) memasang iklan.
Potensi mendapatkan customer baru dari iklan Google, kini hanya angan-angan.
Memang secara aktual tidak ada biaya dan effort yang dikeluarkan, namun secara teori cost of inaction, ada profit yang tidak jadi didapatkan dan ini dipandang sebagai biaya atau kerugian.
Cara menghitung cost of inaction
Salah satu alasan utama kita menunda suatu tindakan atau keputusan adalah karena belum merasa yakin.
Teori cost of inaction dapat membantu Anda berpikir lebih matang dan panjang.
Kembali kita ambil contoh beriklan di Google Ads.
Jika kita berasumsi dengan menghabiskan budget iklan sebesar Rp.5.000.000, dapat membawa 10 customer baru dengan rata-rata profit per customer sebesar Rp.2.000.000, maka total profit yang berpotensi untuk didapatkan adalah sebesar Rp.20.000.000.
Let’s say kita merasa keberatan mengeluarkan uang Rp.5.000.000 untuk beriklan, karena takut rugi.
Keputusan tersebut menghemat Rp.5.000.000, namun menimbulkan cost of inaction sebesar Rp.20.000.000
Secara teori kita mengalami kerugian sebesar Rp.15.000.000
Manfaat utama dari memahami teori cost of inaction
Contoh di atas bukan berarti menyimpulkan bahwa kita perlu sembarangan mengambil kesempatan tanpa memandang resikonya.
Tentu kita perlu mempelajari setiap keputusan yang ingin diambil, menimbang keuntungan, kerugian, maupun resikonya.
Kapan waktunya kita take action?
Saat kita menganggap cost of inaction jauh lebih tinggi dibandingkan resiko kerugian yang mungkin timbul.
Ingat, kemampuan menoleransi resiko bagi setiap orang berbeda-beda. Jadi, silakan sesuaikan dengan kapasitas, strategi, dan personality Anda.
Poin utamanya adalah tidak ada gunanya terus-menerus menunda keputusan dengan alasan masih mencari informasi.
Mungkin saja kita gagal, salah melakukan analisa, dan mengalami kerugian.
Tapi dari kegagalan, kita dapat memperoleh informasi / feedback berharga.
Misalnya ternyata landing page website belum optimal, penawaran kurang sesuai dengan target audience, atau foto yang ditampilkan kurang meyakinkan.
Informasi-informasi ini akan menguntungkan dalam jangka panjang. Anggaplah resiko dan kerugian yang muncul merupakan suatu biaya investasi yang diluangkan untuk praktek lapangan.
Jika tidak melakukan action?
Kita tidak pernah belajar dan selamanya hanya melakukan perhitungan di atas kertas tanpa feedback dari dunia nyata.
Kesimpulan
Mari kita melakukan perencanaan matang dan melakukan kalkulasi resiko dengan baik, sebelum mengambil keputusan.
Namun setelah itu, jangan lupa untuk melakukan tindakan, guna mendapat feedback secara aktual.
You either win or learn.