Sekitar 10 tahun yang lalu, saya pernah mencari jasa pembuatan website untuk keperluan bisnis online yang baru saya rintis.
Sewaktu mencari jasa pembuatan website (saat itu saya mencarinya lewat Google), terus terang saya bingung. Saya menemukan banyak penyedia yang memasang harga berbeda-beda.
Bedanya pun tidak tanggung-tanggung, ada yang mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta.
Saat itu saya masih sangat awam dengan website dan segala macam istilahnya, sehingga saya kesulitan untuk menentukan pilihan yang tepat bagi saya.
Saya yakin banyak dari Anda yang mengalami kebingungan yang sama.
Mungkin Anda bertanya,
- Bagaimana penyedia jasa menentukan / memasang harga website?
- Apa bedanya penyedia jasa yang ratusan ribu dengan yang ratusan juta?
- Yang mana penyedia jasa yang cocok untuk saya?
Setelah mendalami dunia website dan digital marketing selama lebih dari 5 tahun, saya ingin memberikan informasi lebih jelas untuk mengobati kebingungan Anda. Informasi inilah yang akan saya bagikan pada artikel kali ini.
Oh iya, jika Anda penasaran, saya juga akan bercerita sedikit mengenai pengalaman menggunakan jasa pembuatan website yang akhirnya saya pilih 10 tahun lalu, beserta harganya, pada akhir artikel ini.
Biaya dasar pembuatan website
Pertama, saya akan jelaskan sedikit komponen biaya dasar pembuatan website yang umumnya terdiri dari 5 bagian.
- Domain
- Hosting
- Lisensi software
- Man Power
- Operasional
Domain
Domain adalah nama website yang digunakan sebagai alamat untuk menampilkan website. Misalnya untuk mengakses Google kita perlu mengetik google.com pada browser.
Google.com inilah yang dimaksud dengan domain.
Harga domain .com (domain yang paling sering digunakan) biasanya berkisar antara Rp.110.000-Rp.150.000 / tahun tergantung provider domain.
Jika Anda ingin melihat harga domain dengan ekstensi lain (selain .com), Anda bisa mengeceknya di sini.
Hosting
Hosting atau web hosting adalah tempat menyimpan data website yang akan ditampilkan sewaktu user mengetik nama domain atau IP address.
Misalnya sewaktu Anda mengetik imajiner.id Anda akan melihat halaman website Imajiner yang terdiri dari tulisan, warna, foto, layout, dsb.
Data website tersebut disimpan di web hosting dan akan ditampilkan di browser Anda saat melakukan request halaman yang diinginkan.
Hosting sendiri cukup bervariasi, yang umum digunakan adalah Shared Hosting dan VPS (Virtual Private Server) Hosting.
Bedanya apa?
Simpelnya begini, hosting memiliki resource, seperti: RAM, vCPU, Disk Space, Bandwidth, I/O.
Resource ini dipakai untuk memproses program yang berperan menampilkan halaman website.
Apabila resource habis terpakai (misalnya karena overload, terlalu banyak request, kesalahan program, dsb.), maka program tadi pun tidak bisa / terhambat diproses. Ini biasanya penyebab utama masalah ketika website lambat atau kadang bisa diakses kadang down.
Nah, yang membedakan Shared Hosting dan VPS Hosting ini adalah resource-nya.
Shared Hosting membagi resource-nya ke banyak website. Kita tidak tahu dibagi ke website mana saja, ke berapa website. Yang tahu adalah provider hosting.
VPS Hosting menggunakan sistem environment di mana resource hosting yang dibagi lebih terjamin. Misalnya kita mempunyai VPS Hosting dengan resource 1 GB RAM, 1vCPU, maka resource itu bisa dipastikan menjadi milik kita.
Oke pembahasan ini memang agak teknikal dan kompleks.
Intinya, Shared Hosting cenderung lebih murah, namun resource-nya tidak terjamin (akibatnya website bisa lemot dan tidak bisa diakses saat resource kurang), sedangkan VPS Hosting cenderung lebih mahal, lebih susah mengurusnya, tapi kita bisa mengatur resource sesuai kebutuhan.
Harga Shared Hosting bervariasi tergantung kualitas, saya akan menggunakan harga dari DomaiNesia, yaitu berkisar antara Rp.168.000 – Rp.672.000 / tahun.
Harga VPS Hosting juga bervariasi, saya akan menggunakan harga dari Digital Ocean, yaitu berkisar antara $5 – $80 / bulan, atau setara Rp.900.000 – Rp.14.400.000 / tahun.
Lisensi Software
Software yang dimaksud adalah Content Management System (CMS) atau web-framework yang biasa digunakan untuk mempermudah proses development website. Umumnya, software utama ini dapat diperoleh secara gratis, namun ada juga software tambahan yang berbayar jika ingin menggunakan fitur-fitur khusus yang lebih luas dan kompleks.
Man Power
Proses membuat website dari nol sampai jadi cukup panjang dan tidak sederhana. Banyak pekerjaan yang terlibat, seperti desain, development, pengaturan server, project management, administrasi, dsb.
Biaya Man Power yang melibatkan banyak tenaga ahli ini tentu sangat beragam, tergantung job desc, keahlian yang ditawarkan, dan juga domisili pekerjaan.
Operasional
Terakhir ada biaya operasional, seperti: sewa tempat / kantor, biaya listrik, biaya internet, biaya air, biaya alat dan maintenance, biaya marketing, dsb.
Biaya operasional ini pasti diperhitungkan apabila penyedia jasa berbentuk badan usaha (PT atau CV).
Jika pembuat website merupakan freelance, bisa saja biaya tersebut tidak diperhitungkan.
Cara penyedia jasa menentukan / memasang harga website
Mengapa saya repot-repot menginformasikan komponen biaya ini?
Perlu kita ingat, jasa pembuatan website ini sebuah bisnis, di mana sebuah bisnis pasti ingin mendapatkan profit.
Dengan melihat komponen dasar biaya pembuatan website, kita bisa memperkirakan cara penyedia jasa menentukan / memasang harga website dengan hitungan sederhana.
Berikut rumusnya.
Harga website = Profit + Biaya (Domain, Hosting, Man Power, Software, dan Operasional)
Apa bedanya penyedia jasa website yang ratusan ribu dengan yang ratusan juta?
Pertama, harga bergantung pada komponen biaya yang dikeluarkan.
Misalnya kebutuhan proyek rumit dan unik, membutuhkan waktu pengerjaan yang lama, membutuhkan VPS dengan kapasitas dan performansi tinggi, atau harus menggunakan premium software yang berharga mahal.
Pada umumnya biaya Man Power-lah yang paling menentukan harga website. Biaya Man Power dipengaruhi oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat website dan keahlian (expertise) yang diperlukan.
Kedua, harga juga bergantung pada target profit yang ingin dicapai bisnis tersebut.
Setiap penyedia jasa tentu bebas memasang target profit sesuai strategi bisnis yang dijalankan.
Penyedia jasa yang minim pengalaman dan keahlian seringkali memasang harga yang lebih rendah untuk menarik lebih banyak klien (price-oriented).
Sedangkan penyedia jasa yang memiliki pengalaman, keahlian, kualitas, track record, cenderung memasang rate harga yang lebih tinggi dan lebih mengutamakan pelayanan (service-oriented).
Apakah layak menggunakan jasa website hingga puluhan bahkan ratusan juta?
Jawabannya tentu tergantung kebutuhan dan kemampuan Anda, tapi selama menguntungkan mengapa tidak?
Meskipun saya tidak bisa menjawabnya secara pasti, saya menyarankan Anda untuk melakukan simulasi cost benefit sederhana.
Sebagai contoh
Anda berencana membuat website mahal dan bagus dengan biaya Rp.50.000.000 per tahun.
Website ini bertujuan membantu tim sales untuk presentasi ke klien agar dapat meningkatkan closing rate.
Hasil website diperkirakan dapat meningkatkan closing rate dari yang sebelumnya 5% menjadi 10%.
Jika dalam setahun tim sales melakukan presentasi 100 kali dan rata-rata profit yang dihasilkan setiap berhasil closing adalah Rp.50.000.000, dengan website baru, maka tim sales dapat menghasilkan profit sebesar 50.000.000 * 100 * 10% = Rp.500.000.000
Artinya peningkatan profit sebesar Rp.250.000.000 dengan nilai investasi Rp.50.000.000 (ROI = 500%)
Kesimpulannya, perusahaan Anda layak mengeluarkan biaya Rp.50.000.000 setahun untuk membuat website baru ini.
Bagaimana pendapat saya mengenai penyedia jasa website murah?
Saya kadang bingung melihat penyedia jasa website yang menawarkan harga website sangat murah, bahkan cukup banyak yang menawarkan kurang dari Rp. 1 juta.
Misalnya
Ada penawaran pembuatan website murah dengan biaya Rp.1.000.000 / tahun
Fasilitas yang didapatkan adalah domain .com, hosting 3GB, desain web, revisi dan maintenance gratis.
Mari kita coba perkirakan komponen biayanya.
Kita ambil contoh biaya domain dan hosting dari Paket Super DomaiNesia sebesar Rp.360.000 / tahun, sudah termasuk domain .com dan Shared Hosting dengan kapasitas 2GB.
Note
Di sini saya tidak menyarankan hosting Paket Super dari DomaiNesia, harga ini hanya untuk menggambarkan biaya saja.
Lalu kita gunakan rumus perhitungan biaya website.
Harga website = Profit + Biaya (Domain, Hosting, Man Power, Software, dan Operasional)
Profit – Biaya (Man Power, Software, Operasional) = Rp1.000.000 – Rp.360.000 = Rp.640.000 / tahun
Profit sebelum dikurangi biaya Man Power, lisensi software, dan juga biaya operasional adalah sebesar Rp.640.000 / tahun untuk satu project.
Asumsi sederhana (ini asumsi memakai biaya yang minim)
Biaya Man Power = Rp.4.400.000 / bulan atau Rp.200.000 / hari
Biaya Operasional = Rp.50.000 / hari
Jika proyek membutuhkan satu Man Power dan selesai dalam satu hari, maka profit yang diperoleh Rp.640.000 – Rp.200.000 – Rp.50.000 = Rp.390.000 / tahun untuk satu project.
Jika proyek membutuhkan dua Man Power dan selesai dalam satu hari, maka profit yang diperoleh Rp.640.000 – Rp.400.000 – Rp.50.000 = Rp.190.000 / tahun untuk satu project.
Apa arti dari perhitungan tersebut?
Jika melihat profit margin yang kecil, kemungkinan besar website dibuat dalam waktu singkat dengan tenaga ahli yang minim, misalnya menggunakan template jadi / template siap pakai dan dikerjakan hanya oleh 1 orang.
Kita tidak bisa berharap mendapatkan website yang dirancang custom sesuai kebutuhan bisnis apalagi website dengan alur / business logic yang kompleks.
Bisnis dengan profit margin kecil cenderung akan selalu mencari cara untuk menekan cost. Misalnya dengan menggunakan hosting murah namun memiliki performansi buruk atau sering juga saya melihat satu Shared Hosting yang diisi oleh banyak website.
Cukup mengerikan melihat Shared Hosting dengan resource terbatas yang sudah dibagi, kemudian dibagi-bagi lagi.
Bagaimana dengan support dan maintenance-nya?
Bisnis dengan profit margin kecil pasti butuh kuantitas.
Dengan kata lain, fokus si penyedia jasa murah akan selalu mengejar klien baru dan mengerjakan proyek baru.
Anda bisa membayangkan apa akan yang terjadi sewaktu Anda membutuhkan bantuan atau menemukan masalah pada website Anda.
Saran untuk Anda yang sedang mencari jasa pembuatan website
Memang setiap bisnis bebas memasang harga berapapun dan penawaran apapun yang diinginkan.
Sayangnya, saya cukup sering melihat penyedia jasa website yang overpromise namun under-deliver.
Menjanjikan hal-hal luar biasa dengan biaya sangat minim yang pada akhirnya tidak bisa dipenuhi.
Sebagai customer Anda harus menyaring dan menganalisa segala informasi dengan cermat.
Jangan sampai dikecewakan dan jangan langsung tergiur dengan harga murah.
Saran saya, jika Anda ingin membuat website dengan tujuan iseng-iseng saja atau hobi, maka boleh saja mencoba menggunakan jasa pembuatan website yang murah.
Namun jika Anda ingin membuat website untuk bisnis Anda, maka sebaiknya jangan coba-coba.
Waktu Anda lebih berharga.
Kredibilitas bisnis Anda jauh lebih berharga.
Barang murah jika tidak bisa dipakai hanya akan menjadi sampah.
Barang mahal jika bagus dan bisa dimanfaatkan akan menjadi aset.
Website bisnis adalah aset yang diharapkan mampu mendukung pertumbuhan bisnis Anda. Hal ini pernah kami sampaikan pada artikel Peran Website dalam Meningkatkan Profit Bisnis.
Pengalaman pribadi saya menggunakan jasa pembuatan website murah
Saya ingin bercerita sedikit mengenai pengalaman saya 10 tahun lalu menggunakan penyedia jasa website murah.
SPOILER ALERT: Saya mendapat pengalaman buruk.
Setelah membandingkan beberapa pilihan, akhirnya saya memilih salah satu penyedia jasa yang saya anggap cukup meyakinkan.
Saya cek portfolionya cukup bagus, komunikasinya enak, dan ia berjanji akan selalu membantu jika ada kesulitan.
Bagaimana hasilnya?
Website selesai dalam sehari. Saya diberikan 2 halaman dokumen Word yang berisi petunjuk singkat untuk mengedit website.
Saya coba pelajari dan mulai coba-coba edit website. Ternyata banyak sekali bagian yang tidak bisa dikustomisasi.
Saya lihat petunjuk yang diberikan juga hanya seadanya. Ketika saya coba tanya cara yang lebih detail saya diberikan suatu link Youtube, yang isinya tutorial membuat website.
Ok, mungkin maksudnya saya harus belajar sendiri.
Beberapa minggu kemudian saya menemukan masalah pada web.
Karena saya saat itu sangat awam, maka saya coba meminta bantuan.
Apa yang terjadi?
Ya, tidak ada jawaban.
WhatsApp dan telepon tidak ada yang dijawab.
Follow-up berkali-kali pun sama saja.
Web tidak bisa dipakai, saya hilang semangat, akhirnya saya menelantarkan web saya.
Beberapa bulan kemudian, ketika hampir 1 tahun berlalu, saya ingin mencoba melanjutkan website saya, jadi saya kembali menghubungi si penyedia jasa.
Saat dihubungi untuk memperpanjang website si penyedia jasa lumayan fast response.
1 bulan kemudian website tidak bisa diakses, domain belum diperpanjang (expired).
Tentu saya komplain, baru website bisa diakses kembali.
Tidak lama setelah itu si penyedia jasa kembali hilang selama berbulan-bulan sewaktu saya membutuhkan bantuan.
Saya mengeluarkan Rp.1.400.000 untuk biaya tahun pertama dan Rp.600.000 untuk biaya perpanjangan tahun berikutnya.
Hasilnya website tidak bisa dipakai dan saya frustasi.
Maaf jika terkesan drama tapi itulah kenyataan yang saya alami.
Banyak juga cerita-cerita serupa dari klien Imajiner yang merasa kesal karena sebelumnya salah memilih penyedia jasa website. Jadi sepertinya hal yang saya alami memang cukup sering terjadi.
Kesimpulan
Itulah informasi yang bisa saya berikan pada artikel ini. Semoga Anda dapat lebih memahami mengenai biaya pembuatan website dan mampu membuat keputusan yang baik.
Jika Anda sedang mencari jasa pembuatan website dan tidak ingin salah pilih, maka saya sarankan untuk membaca artikel Tips Memilih Jasa Pembuatan Website.
Di artikel tersebut dibahas secara detail langkah-langkah yang harus Anda lakukan agar dapat menemukan penyedia jasa website yang sesuai untuk Anda.
Sukses selalu untuk bisnis Anda.
P.S.
Jika Anda ingin tahu bagaimana kualitas dan performansi provider Shared Hosting di Indonesia, Anda dapat mengunjungi website PenasihatHosting.